Menulis Ketika Sakit
Menulis di kala Sakit
Narasumber: Suharto, S. Ag., M. Pd.
Moderator: Helwiyah
Resume Pertemuan ke-22
Narasumber kali ini sungguh membuatku malu, kenapa demikian? Ya, karena beliau yang dalam kondisi sakit saja bisa menghasilkan tulisan, menjadi pemateri dalam berbagai event, memiliki semangat yang tinggi, sementara saya yang sehat tidak punya keterbatasan apapun, hanya karena akan ada akreditasi sekolah, berhenti belajar dan mengikuti pelatihan belajar menulis. Malu yang tak terkira pada diri ini.
Narasumber hebat dan menginspirasi itu adalah Bapak Suharto, S. Ag., M. Pd. Beliau seorang waka kurikulum di sebuah madrasah, tepatnya MTsN 5 Jakarta. Cing Ato adalah panggilan familiar beliau sehari-hari.
Berawal dari observasi admistrasi teman-teman guru di lingkungan madrasah beliau yang kebanyaknya copipaste dan terlihat kurang bernyawa, muncul keinginan untuk menulis sebuah buku tentang panduan menulis atau membuat perangkat pembelajaran. Itu lakukan sebagai bentuk support program literasi yang sedang buming di madrasah beliau kala itu. Namun dalam proses ternyata tak semulus yang dibayangkan. Kebuntuan ide dalam menulis beliau temukan. Tapi itu tidak jadi penghambat bagi beliau. Beliau berusaha untuk melawan kebuntuan itu dengan sering membeli dan membaca buku-buku tentang menulis bahkan sampai mancari kemudian mengikuti pelatihan- pelatihan menulis sampai beliau dipertemukan dengan Om Jay, Pak Nanim, Om Dedy, dll dalam sebuah pelatihan menulis. Beliau mulai melakoni dunia tulis menulis sampai mengantar beliau mendapatkan penghargaan demi penghargaan.
Hanya saja sekitar 18 Juli 2018, ujian hidup menghampiri beliau. Penyakit langka yang bernama Guillain Barre Syndrome (GBS) berjodoh dengan beliau. Dalam hitungan jam hampir seluruh tubuh beliau tumbang tak berdaya, syaraf yang ada hampir mati semua. Hanya yang tersisa syaraf leher, hidung, telinga, mata, dan memori. Tak sampai di siti tepat pukul 00.00 malam Jum'atnya, lidahnya pun tertarik ke dalam sehingga suara beliau hilang selama 4,5 bulan.
Dengan kondisi beliau yang seperti itu memaksa beliau harus tinggal di RS selama 4,5 bulan: 1,5 bulan di ICU, 2 bulan di HCU, dan 1 bulan di ruang inap biasa. Penyakit yang beliau derita sampai pada titik bendera putih oleh Tim dokter. Dokter menyerah sehingga beliau harus pulang dalam kondisi yang masih sakit.
Berada dalam posisi dan kondisi ini, sempat membuat pentolan BM 8 yang tidak lulus ini, pesimis dan berujar lebih baik dia mati daripada merepotkan istrinya. Siapapun manusia biasa pasti akan berpikiran yang sama dengan penulis Mengejar Azan ini.
Berawal dari tertinggal dan berderingnya hp sang istri, beliau minta tolong kepada ARTnya untuk mengambil dan meletakkan di atas dada yang beralaskan bantal, ternyata beliau bisa memegang hp tersebut, dari sinilah harapan baru dimulai. Beliau kemudian meminta agar diambilkan juga gawai yang sudah 1,6 tahun tak disentuh, mencoba lenjelajah kembali aplikasi facebook, butuh waktu 3 hari untuk membuka akunnya karena lupa password.
Setelah terbuka beliau berpikir apa yang bisa dilakukan dan bermanfaat bagi orang banyak.
Menulis, ya hanya menulis yang bisa ia lakukan. Kemudian Cing Ato -sapaan akrab- beliau menulis apa yang dideritanya dan mensharenya di beranda. Karena teringat jawaban Om Jay atas pertanyaan yang beliau ajukan ketika mengikuti pelatihan. Tulislah apa yang kamu alami, tulislah apa yang kamu derita. Diluar dugaan banyak pembaca yang tertarik karena setiap artikel yang beliau tulis diselipkan selalu motivasi untuk pembaca.
Semenjak itu, Cing Ato, walau dalam kondisi sakit tidak membuatnya berhenti berkarya karena melalui karyanya, beliau ingin muridnya, temannya, dan keluarganya bangga memiliki beliau. Karena sebagian prinsipnya ingin menulis sesuatu yang memiliki manfaat pada orang banyak. Semangat dan motivasi besar dalam hidup beliau sudah mengantar beliau pada 12 karya solo dan 2 antologi.
Sungguh sosok yang luar biasa Cing Ato ini, yang mengajarkan kita pada satu kayakinan, keterbatas seseorang tidak akan membuat seseorang itu terpuruk jika ia mampu bangkit dan mensugesti diri dengan semangat yang luar biasa, musibah dan ujian jika dijalani dan dihadapi dengan ikhlas akan mendatangkan kasih sayang dari sang Ilahi.
Karena Allah sudah menukilkan janjinya dalam potongan ayat di surat albaqarah 286 "Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupanya."
Dari kisah Cing Ato kita belajar, ikhlas dalam menjalani musibah, dengan selalu mensugesti dan menyemangati diri akan mengantarkan kita pada kegemilangan. Apalagi jika dibawakan dalam dunia tulis menulis yang ingin bermanfaat bagi orang banyak. Mari, pupuk kemampuan menulis kita, untuk menghidupkan kita selama-lamanya.
Komentar
Posting Komentar