Tulisan Dinding yang Terabaikan

 Tadi siang aku pergi menghadiri pesta seorang teman sejawat dan pesta seorang anak didik. Jarak yang ditempuh lumayan jauh. Aku dan suami berangkat sekitar pukul 11.00 wib. Karena jarak yang lumayan jauh sampai di lokasi pesta pertama pukul 11.25 wib. Langsung ke lokasi disambut oleh tuan rumah dan segera dipersilakan masuk untuk segera menyantap hidangan yang tersedia. Tanpa menunggu lama aku dan suami segera makan secukupnya dan tak lupa mengabadikan momen kedatangan ke pesta bersama pengantinnya. 

Singkat cerita kami melanjutkan ke lokasi pesta yang kedua. Sampai di lokasi pukul 12.10 wib, itu artinya sebentar lagi waktu zuhur masuk untuk wilayah Agam dan sekitarnya. Benar baru selesai menyantap hidangan yang diperuntukkan oleh tuan rumah, azan berkumandang. Kami segera pamit dan mencari masjid atau mushala terdekat. 

Alhamdulillah setelah menghabiskan waktu 15 menit perjalanan kami menemui masjid. Yang namanya masjid berada di pinggir jalan rame dikunjungi para masyarakat yang singgah untuk melaksanakan kewajiban penghambaannya kepada Sang Rabb. Namun karena sudah pernah juga mampir ke sana kami tidak canggung untuk mencari tempat berwuduk di mana. Kami berpisah karena tempat wudunya berbeda. 

Aku segera mengambil wudu dan mematuhi rambu- rambu yang tertulis di sekitar masjid. Setelah selesai wudu, aku langsung menuju pintu masjid yang posisinya sekitar 1.5m dari tempat wudu. Beberapa langkah hampir sampai pintu mataku tertuju pada tulisan PINTU INI KHUSUS UNTUK JAMAAH LAKI-LAKI. Merasa jarak aku dan pintu hanya beberapa langkah saja, aku mencoba mengkhianati literasi ku, ku langkah kan lagi kaki ini mendekati pintu, namun 3 atau 4 langkah lagi kaki berjalan batinku menjerit, kamu guru, sudah melihat dan membaca rambu, kalau gak kamu yang menaati siapa lagi. Aku berbalik dan menuju ke pintu yang benar-benar khusus untuk wanita. Alhamdulillah perasaan sampai dalam masjid lega, aku taat pada rambu dan tidak mengkhianati literasiku. 

Pengujung masjid rame apalagi dari gender wanita. Namun pintu yang ku lewati sejak aku masuk sampai selesai shalat, tidak ada yang mengikuti jejakku. Dari sana aku berpikir benar tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah, terkadang ada membaca tapi tidak ditaati. Kalau bukan kita para guru yang mulai mengasah keliteratan kita siapa lagi. Ayo guru- guru cerdas mari kita tingkatkan terus kemampuan literasi kita. Kalau bukan kita yang menggerakkan, siap lagi! Semangat guru Indonesia! Generasi cerdas ada ditangan kita. 🙏🙏

Komentar

Postingan Populer