KTI Menjadi Buku

 


Menulis  Buku dari Karya Tulis Ilmiah

Narasumber: Noralia Purwa Yunita, M. Pd. 

Moderator: Helwiyah


Menulis merupakan salah satu alat ukur kecerdasan intelektual seseorang. Ini dibuktikan ketika akan penyelesaian suatu pendidikan tingkat perguruan tinggi kita harus menghasilkan sebuah tulisan yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebut saja mereka skripsi, tesis, disertasi, atau jurnal dsb. Kesemua itu merupakan tulisan kaku yang hanya dibaca oleh orang-orang tertentu, tergantung dimana keberadaan tulisan tersebut. Mereka memiliki peminat yang terbatas. Agar karya tulis tersebut bisa dinikmati oleh siapa saja alangkah lebih baiknya, Karya-karya tersebut diubah ke dalam bentuk buku dengan judul yang lebih menarik dan jauh dari kekakuan. 

Berikut ada beberapa alasan mengapa harus dijadikan dalam bentuk buku

1. Lebih bermakna dan bermanfaat

Bayangkan jika karya itu masih berupa KTI. Kebanyakan pasti hanya disimpan secara pribadi atau disimpan di perpustakaan. Pembacanya siapa?? Sangatlah terbatas. Jika di perpustakaan sekolah, pastilah para warga sekolah. Jika KTI ini diubah menjadi buku, maka apa yang terjadi?? Buku itu dapat dibaca siapapun. Lewat apa?? Dari penjualan buku kita. Dengan demikian, sasaran pembaca jauh lebih luas. Tidak hanya terbatas untuk kalangan tertentu saja

2. Keuntungan materi

Nah, untuk ini bonus tersendiri pastinya. Jika buku kita laku terjual dan penjualan banyak, pastilah materi akan mengalir ke kantong kita. Bayangkan jika masih berupa KTI, diperjualbelikan pun tidak akan bisa.

3. Hasil penelitian akan tersebar luas

KTI yang sudah dikonversi menjadi buku akan mudah diakses oleh banyak pihak. Akibatnya, penelitian yang didapatkan pun akan diketahui oleh masyarakat luas

4. PAK

Nah, ini pastinya sangat menggiurkan untuk bapak ibu guru. (Tapi khusus bagi ASN ya....heheh) Karena memang tuntutan ASN haruslah ada progres untuk peningkatan profesionalitasnya. Dan ini semua terekam dalam Angka Kredit. KTI menjadi buku dapat digunakan untuk pengajuan angka kredit bagi para guru ASN. Selain itu, poin buku lumayan tinggi pada ketentuan angka kredit sehingga ini sangat menguntungkan bagi bapak ibu guru

Lalu, bagaimana cara mengubah KTI menjadi Buku?

1. Ubah judul 

KTI yang terkesan kaku dan ilmiah menjadi judul populer yang menarik dan eye catching. Judul karya ilmiah versi buku hanya berfokus pada objek penelitian saja. Hilangkan materi, subjek, tempat penelitian.

Sebagai contoh 

Judul KTI: Efektivitas SEM Berbasis Mind Map pada mata pelajaran Kimia untuk meningkatkan pemecahan masalah siswa materi pokok reaksi Redoks. 

Judul ini merupakan judul skripsi yang terkesan kaku, kurang menarik, terlalu ilmiah, panjang, dan kurang eye catching

Nah, ini diubah menjadi seperti ini : Metode SEMMI dalam Pembelajaran Sains Abad 21

Judul yang kamu pada KTI lebih terkesan menarik setelah dihilangkan beberapa kata yang membuat judul pada KTI

2. Ubah daftar isi

untuk mengubah daftar isi dari KTI menjadi daftar isi buku maka bisa digunakan rumus 2W+1H. Bab 1 menjadi why, bab 2 menjadi what, sementara bab 2,3,4 menjadi how

3. Bab 1 pada KTI semuanya harus dihapus

4. Jika ingin menampilkan grafik silakan, namun jangan terlalu banyak. Cukup grafik yang penting- penting saja. 

5. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku

6. Kaitkan buku kita dengan kondisi terkini sehingga mengikuti zaman dan buku kita bisa menjadi alternatif untuk pembelajaran. 

7. Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya. Namun, hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya

8. Berikan ulasan kelebihan dan kelemahan buku sehingga pembaca yakin kalau kita benar-benar melakukan penelitian. 

Karya tulis ilmiah yang bisa diubah ke dalam bentuk buku harus merupakan hasil karya sendiri karena kalau tidak kita termasuk pencuri ide atau karya orang lain. Namun jika ingin menjadikan karya tulis ilmiah orang lain sebagai buku kita mesti meminta keizinan dan persetujuan dari penulis serta mencantumkan namanya sebagai penulis buku. 

Kemudian untuk buku yang merupakan turunan kari KTI harus menggunakan bahasa baku namun jangan sampai kaku. Penggunaan kalimat harus efektif dan penulis harus rapi dan mesti menjadikan eyd atau puebi sebagai pedoman dalam memilih dan menulis kata dan menentukan tanda baca. 

Menulis Artikel ilmiah untuk jurnal dari KTI

Tips dan trik menulis artikel ilmiah pada jurnal nasional

1. Tulis artikel sesuai dengan templete jurnal yang dituju

2. Judul singkat, padat, jelas, namun tetap ilmiah

3. Baris kepemilikan ditampilkan dengan nama asli tanpa gelar, instansi, dan jabatan tanpa gelar

4. Menulis abstrak dengan keyword tiga sampai lima kata tanpa kata penghubung

5. Terdiri atas 3 bagian, pendahuluan, metode penelitian, dan simpulan. 

Pendahuluan meliputi 

latar belakang masalah

Sedikit tinjauan Pustaka

Rumusan masalah

Tujuan penelitian

Metode Penelitian 

Pada metode penelitian meliputi

Subjek penelitian

Desain penelitian

Teknik pengambilan data

Analisis data

Hasil penelitian 

Demikian penjelasan bagaimana cara mengubah KTI menjadi sebuah buku dan bagaimana menulis Artikel ilmiah untuk jurnal KTI. 

Sebagai penyemangat dari narasumber yang luar biasa malam ini saya copas kata2 sakti yang sangat memotivasi bagi saya pribadi. 

Dapat menghasilkan karya di tengah kegiatan itu biasa namun dapat berkarya dengan kesibukan yang begitu banyaknya, itu baru ISTIMEWA. 

Dan janganlah khawatir karya kita tidak ada pembacanya karena buku ibarat manusia yang telah ada jodohnya masing-masing. Sebuah buku pasti akan menemukan jodoh pembacanya. Tugas kita adalah terus berkarya, berkarya dan berkarya

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer